Topiksumut.id, LANGKAT – Menjelang HUT Republik Indonesia ke-80, pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Langkat memperingati Brandan Bumi Hangus pada, Rabu (13/8/2025).
Brandan Bumi Hangus setiap tahun digelar pada tanggal 13 Agustus atau empat hari menjelang hari puncak HUT Kemerdekaan RI
Kegiatan ini dilaksanakan di Lapangan Petrolia Pertamina Pangkalan Brandan.
@topik_sumut Menjelang HUT Republik Indonesia ke-80, pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Langkat memperingati Brandan Bumi Hangus pada, Rabu (13/8/2025). Brandan Bumi Hangus setiap tahun digelar pada tanggal 13 Agustus atau empat hari menjelang hari puncak HUT Kemerdekaan RI Kegiatan ini dilaksanakan di Lapangan Petrolia Pertamina Pangkalan Brandan. Selama gelaran Brandan Bumi Hangus, beragam kegiatan dapat dijumpai, misalnya Expo UMKM, ragam perlombaan bertema Brandan Bumi Hangus, napak tilas, malam keakraban, penghargaan untuk veteran, hingga drama kolosal kilas balik perjuangan Brandan Bumi Hangus. Amatan wartawan dilokasi, drama kolosal menjadi salahsatu kegiatan yang ditunggu-tunggu masyarakat. Ribuan masyarakat pun meramaikan atau memadati lokasi kegiatan tersebut. “Hari ini kita kembali memperingati Brandan Bumi Hangus ke-78. Ini merupakan hari yang bersejarah bagi masyarakat Langkat khususnya Pangkalan Brandan,” ujar Bupati Langkat, Syah Afandin. Lanjut pria yang kerap disapa Ondim, karena ini merupakan momen besar menjelang HUT Kemerdekaan RI. (*) #topiksumut #viral #brandanbumihangus #brandan #pangkalanbrandan
Selama gelaran Brandan Bumi Hangus, beragam kegiatan dapat dijumpai, misalnya Expo UMKM, ragam perlombaan bertema Brandan Bumi Hangus, napak tilas, malam keakraban, penghargaan untuk veteran, hingga drama kolosal kilas balik perjuangan Brandan Bumi Hangus.
Amatan wartawan dilokasi, drama kolosal menjadi salahsatu kegiatan yang ditunggu-tunggu masyarakat.
Ribuan masyarakat pun meramaikan atau memadati lokasi kegiatan tersebut.
“Hari ini kita kembali memperingati Brandan Bumi Hangus ke-78. Ini merupakan hari yang bersejarah bagi masyarakat Langkat khususnya Pangkalan Brandan,” ujar Bupati Langkat, Syah Afandin.
Lanjut pria yang kerap disapa Ondim, karena ini merupakan momen besar menjelang HUT Kemerdekaan RI.
“Di mana para pejuang kita mengambil sikap yang sebenarnya tidak mendapat persetujuan dari masyarakat Pangkalan Brandan.Tapi demi mengempang masuknya Belanda ke Pangkalan Brandan, maka Brandan itu dibumi hanguskan,” ujar Ondim.
“Ini menjadi satu momen besar bagi masyarakat Pangkalan Brandan. Dan Insyaallah setiap tahun kita peringati bentuk dari rasa terimakasih kita pada para pejuang, khususnya pejuang Langkat,” sambungnya.
Bupati Langkat ini juga mengatakan, momen ini akn terus dilaksanakan untuk menambah kecintaan masyarakat terhadap pejuang, dan mengerti kuatnya persatuan Republik Indonesia.
“Bahwa pejuang itu berjuang untuk memberikan yang terbaik buat bangsanya. Karena generasi kedepan tetap menjaga keutuhan dari cita-cita dari pejuang itu,” kata Ondim.
Sedangkan itu, Camat Sei Lepan, Muhammad Iqbal Ramadhan mengungkapkan bahwa kegiatan Brandan Bumi Hangus ini, rutin dilaksanakan setiap tahunnya di Kabupaten Langkat
“Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari sejak 11-13 Agustus 2025 di Lapangan Petrolia Pertamina Pangkalan Brandan,” ujar Iqbal.
Lanjut Iqbal, Brandan Bumi Hangus, maknanya yakni pembumihangusan Pangkalan Brandan, akibat masuknya Belanda yang ingin menguasai tambang minyak di Kota Pangkalan Brandan.
“Jadi dengan cara salahsatunya, diledakkan tambang minyak di Pangkalan Brandan. Alhasil dilakukan pembumihangusan oleh pahlawan kita. Jadi kegiatan ini memperingati hal tersebut,” ucap Iqbal.
Sementara itu, Informasi yang dihimpun wartawan, Pangkalan Brandan terkenal karena merupakan salah satu ladang minyak tertua di Indonesia dan telah dieksplorasi sejak zaman Hindia Belanda.
Tanggal 13 Agustus 1947 terjadi peristiwa bersejarah di tempat ini yang dikenal dengan sebutan Brandan Bumi Hangus, mirip dengan Bandung Lautan Api.
Peristiwa ini sebagai salahsatu strategi pejuang sebagai bentuk perlawanan terhadap agresi Belanda di mana seluruh instalasi dan fasilitas industri perminyakan di Pangkalan Brandan dibakar para pejuang kemerdekaan.
Dalam beberapa referensi sejarah menyebutkan, awal pengeboran sumur minyak di Indonesia dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Pada 1871, pengeboran sumur minyak pertama dilakukan di Cirebon.
Namun, sumur produksi pertama adalah sumur Telaga Said di wilayah Sumatera Utara yang dibor pada 1883, kemudian disusul Royal Dutch Company di Pangkalan Brandan pada 1885.
Sejak itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai. Hasil eksplorasinya digunakan untuk kepentingan pihak Belanda. Pada 1892, kilang minyak Royal Dutch di Pangkalan Brandan yang menjalankan usaha eksploitasi mulai melakukan produksi massal.
Sebagai bahan yang merupakan sumber energi bagi perekonomian dan mesin untuk perang, minyak menjadi sasaran empuk bagi kedua pihak yang berseturu.
Pada 1940-an, Pemerintah Hindia Belanda tak mampu menahan serangan Jepang yang melakukan invasi ke Indonesia. Akhirnya, Jepang mengambil alih kekuasaan Belanda atas Indonesia pada waktu itu.
Berbagai proyek yang ada di Indonesia dengan cepat dikuasai Jepang, untuk membantu perekenomian penjajah, termasuk menguasai industri minyak di Pangkalan Brandan.
Setelah berhasil dikuasai, Jepang melakukan perbaikan lapangan dan kilang minyak menggunakan Romusha dan pekerja yang dulunya telah bekerja di sini.
Upaya tersebut digunakan Jepang untuk membantu kepentingan militernya. Dengan mempekerjakan Romusha, kapasitas produksi dari 30 ton per hari bisa menjadi 10.000 ton per hari.
Keberhasilan Jepang membangun kilang minyak menjadi perhatian pihak Sekutu, yang kemudian menjatuhkan bom Little Boy dan Fat Man di Hiroshima dan Nagasaki.
Peristiwa pengeboman ini akhirnya membuat Jepang menyerah kepada Sekutu. Setelah Jepang menyerah, pekerja dan rakyat yang berada di sekitar Pangkalan Brandan ingin menduduki kilang tersebut.
Aksi ini mendapatkan tentangan keras dari Jepang.
Akhirnya, pihak pekerja menguasai kilang setelah mendapatkan dukungan sepenuhnya dari Komite Nasional Indonesia Teluk Haru dari Barisan Pemuda Indonesia.
Kilang minyak yang dikuasai ini berubah nama menjadi Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (PTMNRI) yang merupakan cikal bakal PT Pertamina (PERSERO).
Pergantian nama yang dilakukan sepihak menjadikan pekerja yang berasal dari Jepang tak bisa berbuat apa-apa, mengingat posisi mereka yang tidak menguntungkan.
Pada Juli 1947, Belanda melakukan Agresi Militer ke berbagai wilayah di Indonesia. Langkah ini merupakan usahanya untuk kembali menguasai Indonesia.
Perusahaan tambang minyak juga menjadi sasaran Belanda, salah satunya adalah Pangkalan Brandan. Pasukan Belanda melakukan penyerangan ke berbagai daerah yang dianggapnya vital.
Akhirnya, pimpinan Tentara Republik Indonesia (TRI) yang berada di Kabupaten Langkat berencana membumihanguskan seluruh instalasi industri perminyakan berikut objek-objek vital lainnya.
Puncaknya pada 13 Agustus 1947, terjadi pembumihangusan seluruh instalasi dan fasilitas industri perminyakan di Pangkalan Brandan.
Referensi sejarah menyebutkan Brandan Bumi Hangus diawali dengan invasi pasukan Sekutu bersama Belanda yang dikenal dengan sebutan Agresi Militer 21 Juli 1947 ke wilayah Sumatera Utara.
Akibat peristiwa ini, Pangkalan Brandan beserta industrinya luluh lantak dan terbakar sehingga sistem ekplorasi yang biasanya berjalan akhirnya berhenti total.
Saat ini ada 5 Unit Operasi Daerah Produksi di bawah Pertamina, Unit I yang membawahi daerah Aceh dan Sumatera Utara berkantor pusat di Pangkalan Brandan. (Red)