Topiksumut.id, PEMATANGSIANTAR – Dunia Mixed Martial Arts (MMA) Kota Pematangsiantar sedang bergejolak. Bukan di atas oktagon, melainkan di balik layar birokrasi.
Ronald Siahaan, petarung MMA kebanggaan Siantar yang baru saja menaklukkan Alan di ajang One Pride MMA, Sabtu (14/6/2025) lalu, meluapkan kekecewaannya.
Sasaran amarahnya tak lain adalah Walikota Pematangsiantar, Wesly Silalahi, terkait sambutan sang Walikota kepada atlet junior, Ajai Pasaribu.
“Minggu kemarin, junior saya Ajai Pasaribu meminta dukungan kepada pemimpin daerah, Wali Kota Siantar. Adik saya minta dukungan. Tapi, Bapak (Walikota) justru menyuruh adik saya itu berhenti, mengatakan ‘kalau tidak ada uang jadi atlet’,” ungkap Ronald Siahaan, dikutip dari Tribun Medan.
Pernyataan tersebut, menurut Ronald, seolah meremehkan masa depan dan perjuangan seorang atlet yang tak melulu bergelimang harta.
Di sisi lain, Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Pematangsiantar, Riau Alexander Siahaan, mencoba menengahi.
Ia melihat adanya sedikit kesalahpahaman antara sang atlet dan Walikota dalam agenda pemberian dukungan pada Ajai Pasaribu untuk ajang nasional.
Riau menjelaskan bahwa sebelumnya, Ajai Pasaribu bersama manajernya memang sempat berkomunikasi dengan KONI untuk meminta dukungan, termasuk untuk bertemu dengan Walikota Wesly Silalahi.
Pertemuan itu pun akhirnya terwujud, dijembatani oleh Anggota DPRD Metro Hutagaol.
“Jadi, dalam pembicaraan itu, Pak Wali (Wesly Silalahi) kemarin menawarkan untuk membelikan tiket. Pak Wali meminta KTP agar dibelikan tiket pesawat, tapi beliau (Ajai Pasaribu dan Manajer) bilang sudah dicover oleh MMA One Pride,” jelas Riau.
Ironisnya, penawaran ini tidak ditindaklanjuti oleh Ajai dan Manajernya.
Ketika ditanya mengenai isi pembicaraan lebih lanjut, Riau mengaku Ajai sempat menceritakan kepadanya apa yang disampaikan Walikota.
Menariknya, Walikota Wesly Silalahi sendiri memiliki latar belakang sebagai pengurus gulat nasional periode 1996-2000.
“Tentu Pak Wali Kota membagikan pengalamannya dengan Ajai Pasaribu dan manajernya. Secara pribadi saya lihat, Pak Wesly mungkin menjelaskan kehidupan atlet itu tidak gampang, tantangannya berat,” kata Riau.
“Mungkin bagi setiap atlet, ucapan ini sangat mengganggu. Tapi, ini bisa menjadi motivasi untuk kita lebih hebat lagi dari tiap pertandingan ke pertandingan berikutnya,” tambahnya.
Riau juga menekankan pentingnya pemahaman masyarakat tentang MMA.
Ia menjelaskan bahwa MMA adalah seni beladiri multidisiplin yang kini sudah komersil.
“Banyak memang ketidaktahuan masyarakat bahwa semua olahraga, termasuk MMA, itu bagian dari olahraga prestasi. Padahal itu adalah level profesional di mana menang dan kalah sudah dibayar. Itu sudah komersil,” tegas Riau.
Meskipun demikian, Riau memastikan bahwa KONI dan Pemko Pematangsiantar tetap terbuka untuk membantu.
Terbukti, pada tahun 2025 ini, banyak cabang olahraga mendapat perhatian Walikota Pematangsiantar untuk menggelar kejuaraan daerah, baik olahraga formal maupun tradisional.
“Kalau dari KONI sendiri, bahwasanya tahun ini kita mulai dari penyelesaian anak-anak yang akan berangkat ke Kejurda, kita pun siapkan anggaran untuk pembinaan kita,” papar Riau.
“Pak Wali sangat memperhatikan olahraga mulai dari kelompok umur. Cabang olahraga formal dan tradisional. Kemarin pun masih ingat kita, Pak Wali memberikan bonus atlet PON dan dan atlet Porprov sampai ratusan juta.”
Dalam waktu dekat, Riau menyebutkan bahwa KONI dan Dinas Pemuda Olahraga Kota Pematangsiantar akan bertemu dengan Ajai Pasaribu untuk menjalin silaturahmi dan penguatan dunia olahraga beladiri.
“Jadi mungkin, itu bentuk curahan hati Ajai, dan hanya ingin mendapat dukungan dari Bapak Wali Kota. Kemudian direspons oleh Pak Wali dengan pengalamannya. Seperti itu,” pungkas Riau, berharap polemik ini segera mereda dan tidak menghambat semangat para atlet berprestasi.