Topiksumut.id, JAKARTA – Pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) tak berjalan sesuai harapan sehingga perlu dievaluasi.
Terbukti banyaknya siswa keracunan usai menyantap menu MBG. Badan Gizi Nasional (BGN) mengakui hal tersebut.
BGN juga membeberkan update data kasus keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG).
Pada periode Januari – 25 September 2025 disampaikan ada 70 kasus keracunan MBG dengan total korban sebanyak 5.914 orang.
Dengan adanya puluhan kasus keracunan ini, Wakil Kepala BGN Nanik S Deyang mengatakan, atas nama BGN meminta maaf.
“Dari hati saya yang terdalam, saya mohon maaf atas nama BGN, atas nama seluruh SPPG di Indonesia, saya mohon maaf, saya seorang ibu. Melihat gambar-gambar di video, sedih hati saya,” kata dia di kantor BGN, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, dikutip dari Tribun Medan, Jumat (26/9/2025).
BGN akan bertanggung jawab penuh atas semua kesalahan, termasuk menanggung seluruh biaya dari anak-anak, dan juga kalau ada orang yang turut konsumsi MBG bermasalah tersebut.
“Kami bertanggung jawab penuh, dan membiayai semuanya atas apa yang terjadi. kami tidak akan berusaha keras, tidak akan mentoleransi siapapun yang melanggar
SOP kami,” jelas dia.
Pihaknya tidak ingin ada kejadian seperti ini terulang lagi. BGN akan memperbaiki dan mengevaluasi program MBG ini.
Per hari ini BGN mencatat, ada 45 dapur ditutup sampai waktu yang tidak ditentukan. Puluhan dapur ini dianggap tidak menjalankan SOP dan menjadi penyebab terjadinya insiden keamanan pangan.
“Dari 45 dapur itu, 40 dapur kami nyatakan ditutup untuk batas waktu yang tidak ditentukan.
Sampai semua penelitian, baik investigasi maupun perbaikan-perbaikan, sarana dan fasilitas selesai dilakukan,” urai dia.
Nanik meminta semua Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) memenuhi SOP dan juknis.
BGN memberikan batas waktu 1 bulan pada SPPG untuk melengkapi SLHS (sertifikat layak izin dan sanitasi), kemudian sertifikat halal, dan sertifikat untuk penggunaan air yang layak pakai dalam waktu 1 bulan.
“Kalau tidak memenuhi, tidak mempunyai sertifikat SLHS, sertifikat halal, dan juga sertifikat untuk kelayakan air yang bisa dikonsumsi, kami akan menutup SPPG,” tegas Nanik.
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Sony Sanjaya mengatakan, selama 9 bulan berjalan belum ditemukan unsur kesengajaan dalam insiden keracunan Makanan Bergizi Gratis (MBG).
BGN memastikan, jika ditemukan unsur kesengajaan maka pelaku bisa dipidanakan.
“Belum ada (yang dipidanakan), semua tidak ada unsur kesengajaan. Sebagian besar masih berprogres (diselidiki),” kata dia saat ditemui di Cibubur, Jawa Barat, Kamis (26/9/2025).
Ia memaparkan, jika terjadi insiden keamanan pangan maka dapur MBG atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dibekukan sementara setidaknya 14 hari.
Kepolisian akan melakukan penyelidikan dengan mengumpulkan keterangan serta alat bukti.
Tim Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga turun mengambil sampel makanan dan melakukan uji laboratorium.
Saat SPPG berhenti beroperasi sementara, BGN akan mengkaji dan evaluasi kelaiakan SPPG bersangkuatan apakah diizinkan kembali beroperasi atau tidak.
“Kami lihat fasilitasnya. Kalau fasilitasnya telah dilakukan perbaikan, kemudian perbaikan, bisa saja diizinkan dikeluarkan,” tutur dia.
BGN selama September ini telah menghentikan operasional sementara SPPG di Garut, Jawa Barat (1 SPPG),.Tasikmalaya, Jawa Barat (1 SPPG), Banggai, Sulawesi Selatan (1 SPPG) Cipongkor, Bandung Barat, Jawa Barat (kasus terbaru).
Dari catatan BGN, kasus keracunan MBG selama 9 bulan ini berdampak pada 4.711 penerima manfaat dengan jumlah porsi MBG yang dibuat dan disebarkan sekitar 1 miliar porsi.
Program MBG sendiri diluncurkan pada 6 Januari 2025 yang menargetkan 82,9 penerima mulai dari siswa SD – SMU atau sederajat.
Program ini bertujuan untuk memastikan anak Indonesia memiliki gizi yang cukup dan seimbang sebagai pondasi penting bagi tumbuh kembang anak. (Red)